4 Jenis Mahasiswa, Anda Termasuk Yang Mana?

Posted by Sepercik Tinta Kamis, 14 Juli 2011 0 komentar
mahasiswajepang.jpgPada saat menjadi mahasiswa baik di program S1, S2 maupun S3 di Jepang, saya mengalami berbagai proses pembelajaran yang kadang bikin geli kalau mengingatnya sekarang. Proses belajar ternyata membuat jenis dan karakter saya berubah-ubah. Kadang saya nggak sadar dengan ketidakmampuan saya, tapi kemudian kenyataan menyadarkan saya bahwa saya tidak mampu, dan akhirnya setelah saya belajar keras saya jadi sadar apa saja kemampuan saya. Di sisi lain agak sedikit berbahaya ketika saya tidak sadar dengan kemampuan saya. Jadi kayak bunglon dong? Hmm lebih tepatnya bunglon darat ;) . Terus saat ini anda termasuk jenis mahasiswa yang mana? Mari kita lihat bersama.
1. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Ketidakmampuannya (Unconsciously Incompetent)
Tahun 1994, kehidupan saya di Jepang di mulai. Saya beserta 14 orang yang lain sekolah bahasa Jepang di Shinjuku, nama sekolahnya Kokusai Gakuyukai. 1 tahun belajar bahasa Jepang, kita berhasil menghapal sekitar 1000 kanji. Kemampuan bahasa Jepang level 1 menurut Japanese Language Proficiency Test alias Nihongo Noryoku Shiken. Kebetulan karena saya senang nggombalin orang ngomong, percakapan bahasa Jepang saya cukup terasah (pera-pera). Di Kokusai Gakuyukai, kita juga diajari pelajaran dasar untuk Matematika, Fisika dan Kimia. Ini juga nggak masalah. Kurikulum Indonesia yang padat merayap plus rumus-rumus cepat ala bimbel :D , membuat soal-soal jadi relatif mudah dikerjakan. Karena saya newbie di dunia komputer, padahal harus masuk jurusan ilmu komputer, saya beli komputer murah untuk saya oprek. Newbie? yah bener, saya gaptek komputer waktu itu. Saya kerja keras, saya bongkar PC, saya copoti card-cardnya karena pingin tahu, sampe akhirnya rusak hehehe. Terus nyoba mulai install Windows 3.1. Lebih dari 3 bulan, tiap malam saya keloni terus itu komputer, jadi lumayan mahir lah. Tahun 1995, masuk ke Saitama University dengan sangat PD dan semangat membara :) . Nah pada tahap ini saya sebenarnya masuk ke jenis mahasiswa yang tidak sadar akan ketidakmampuannya. Dikiranya semua sesuai dengan yang dibayangkan dan diangankan.
2. Mahasiswa Yang Sadar Akan Ketidakmampuannya (Consciously Incompetent)
Masuk kampus, ternyata bekal kanji 1000 huruf nggak cukup. 1000 kanji itu level anak SD atau SMP di Jepang. Saya perlu lebih dari 30 menit untuk membaca 1 halaman buku textbook pelajaran, padahal orang Jepang hanya perlu 2-3 menit :(  Kemahiran percakapan juga nggak banyak menolong karena mahasiswa Jepang membentuk grup-grup. Saya satu-satunya mahasiswa asing di Jurusan, nggak kebagian teman, meskipun sudah kerja keras tegur sapa, ngajak kenalan, nanya jam, nanya mata pelajaran, dsb. Matematika, Fisika, dan Kimia sebenarnya mudah, hanya masalahnya karena Kanji terbatas, kadang saya nggak ngerti yang ditanyain apa. Jadi kadang saya kerjasama dengan mahasiswa Jepang disamping saya, dia ngerti apa yang ditanyain, tapi nggak bisa ngerjakan. Sebaliknya saya nggak ngerti yang ditanyain, tapi sebenarnya bisa ngerjain … hehehe. Untuk praktek di lab komputer, ternyata semua pakai terminal Unix (Sun), sama sekali nggak ada mesin yang jalan under (Microsoft) Windows. Yang pasti, harus sering mainin command line di shell, untuk ngedit file hanya bisa pakai emacs, browsing hanya bisa pakai mosaic, laporan harus pakai latex, buat program harus pakai bahasa C atau perl (CGI) untuk yang berbasis web. Kenyataan membuat saya sadar akan ketidakmampuan saya :) .
3. Mahasiswa Yang Sadar Akan Kemampuannya (Consciously Competence)
Karena sadar bahwa banyak hal yang ternyata saya belum mampu, yang saya lakukan adalah belajar keras. Saya kurangi tidur, saya perbanyak baca, perbanyak beli buku, beli kamus elektronik, banyak diskusi dengan teman-teman mahasiswa Jepang. Saya mulai banyak bermain-main dengan Linux dan FreeBSD di rumah untuk kompatibilitas dengan tugas kampus. Nyambung internet dengan dialup, mulai belajar mengelola server, mulai membuat program kecil-kecilan dengan bahasa C dan Perl. Banyak kerja part time, mulai dari nyuci piring, interpreter, code tester dan programmer. Saya mulai aktif di dunia kemahasiswaan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus, termasuk ikut mengurusi Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang sampai pernah terpilih jadi ketua umumnya. Knowledge dan skill di kampus terasah, experience dan manajemen keorganisasian juga terasah. Alhamdulillah saya mulai banyak punya teman Jepang, kadang makan bareng, main bareng atau ngoprek komputer bareng di asrama mereka. Untuk menambah ilmu kadigdayaan (sebenarnya sih untuk keperluan kerja part time ;) ), saya menambah peliharaan komputer di apartemen dengan Apple Macintosh dan beberapa Unix machine.
Tahun pertama dan kedua terlewati dengan baik, nilai lumayan dengan nuansa penuh kegembiraan. Saya berusaha semaksimal mungkin “menjual” kemampuan saya, baik dalam bentuk jasa alias sebagai interpeter, lecturer, programmer, software engineer, maupun dalam kemasan produk software yang saya buat (sistem informasi rumah sakit, sistem informasi periklanan, web application, network management system, dsb). Alhamdulillah saya sudah bisa mandiri dan mendapat banyak pengalaman dan keuntungan finansial mulai tahun ketiga kehidupan saya di Jepang, sehingga akhirnya saya putuskan menikah “dini” supaya lebih tenang, aman dan sehat ;) . Nah pada masa ini jenis saya adalah semakin sadar akan kemampuan saya :) .
4. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Kemampuannya (Unconsciously Competence)
Saya banyak ngejar kredit di tahun 1 dan 2, dengan harapan bisa tobikyu (loncat tingkat), meskipun saya kemudian nggak minat lagi karena ternyata di Jepang kalau kita loncat langsung ke program Master (S2), ijazah S1 nggak diberikan oleh Universitas. Resiko besar kalau saya balik Indonesia tanpa ijazah S1, urusan birokrasi pemerintahan (PNS) akan merepotkan, apalagi kalau nanti nyalon jadi walikota semarang, bisa kena pasal ijazah palsu … hehehe. Akhirnya tingkat 3 kuliah banyak kosong (sudah terambil di tingkat sebelumnya). Part time juga saya lebih selektif, hanya di bidang garapan saya saja, yang bisa kerja remote dan lebih bebas waktunya. Tidak ada lagi tempat untuk kerja kasar nyuci piring atau angkat karung. Saya terpaksa ambil mata kuliah jurusan lain untuk menjaga ritme kampus. Meskipun kadang ditolak professor pengajar, karena saya ambil mata kuliah semacam combustion, teknologi pendidikan, sistem tata kota, dsb yang nggak ada hubungan dengan computer science. Akhirnya karena keasyikan ngambil kredit, nggak sadar kelebihan kredit. Total terambil 170 kredit, padahal syarat lulus S1 hanya 118 kredit :D.
Sehari hampir 18 jam di depan komputer, kecuali tidur sekitar 6 jam, tugas kampus juga saya kerjakan dengan baik. Akhirnya masuklah saya ke masa, “nggak ngerti lagi mau ngapain di Internet” :D . Saya mulai suka iseng dan banyak aktif di dunia underground dengan berbagai nama samaran. Saya kadang membuat program looping tanpa stop untuk mbangunin admin kampus, alias men-downkan server karena overload CPU dan memori. Kadang nge-brute force account teman untuk ambil passwordnya, sehingga bisa baca email-email cintanya ;) . Sampai akhirnya saya pernah kena skorsing 3 bulan karena ngecrack account professor-professor di kampus. Nah di masa ini, saya berubah jenis sebagai mahasiswa yang nggak sadar bahwa punya kemampuan untuk berbuat negatif dan merusak kestabilan kampus :) .
Di sisi lain, saya banyak mendapatkan knowledge di Universitas, formal language dan automata, software project management, software metrics, requirement engineering, dsb yang pada saat dapat kita mikirnya ini nanti dipakai dimana yah :) . Tapi ternyata semua itu bekal yang cukup berguna ketika harus masuk ke dunia industri dan menggarap project-project yang lebih riil. Kondisi seperti ini juga termasuk dalam posisi yang tidak sadar akan kemampuannya :)
Bagaimanapun juga mahasiswa sebaiknya di arahkan untuk menjadi jenis ke-3, yang sadar akan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk hal-hal positif. Kalaupun ada mahasiswa yang dengan skillnya terjebak tindakan negatif, pembimbing ataupun dosen juga harus bijak mensikapi. Bagaimanapun juga ini semua adalah proses belajar dan proses pematangan diri. Sebagai tambahan, 4 hal diatas diformulasikan orang dan terkenal dengan nama teori Experiential Learning. Lalu anda termasuk yang mana? Silakan dijawab sendiri.
Yang paling penting, apapun jenis anda, jangan pernah menyerah dan tetap dalam perdjoeangan !
source : http://romisatriawahono.net/2007/07/08/4-jenis-mahasiswa-anda-termasuk-yang-mana/

Baca Selengkapnya ....

POTENSI INDONESIA

Posted by Sepercik Tinta 0 komentar


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam sangat berlimpah. Tanah di Indonesia merupakan salah satu tanah tersubur di dunia. Hampir semua tumbuhan di dunia bisa tumbuh dengan subur di tanah Indonesia. Selain itu, di dalam tanah Indonesia terkandung berbagai suumberdaya mineral seperti, emas, timah, baja, gas, minyak, batu bara dan sumberdaya mineral lainnya yang juga sangat melimpah.
Di samping itu, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 dan panjang pantai 95,181 km. Indonesia merupakan negara nomor empat terpanjang pantainya yang memiliki 75% wilayah berupa lautan. Di dalam laut Indonesia terkandung berbagai kekayaan laut seperti terumbu karang (14 persen dari terumbu karang dunia), minyak, dan terdapat 2500 jenis ikan hidup di perairan Indonesia.
Indonesia yang terletak di antara dua benua, Asia dan Australia serta berada di antara dua Samudera, Pasifik dan Hindia memiliki potensi unggulan yang sangat strategis ditinjau dari sudut geopolitik, geostrategi dan geoekonomi serta merupakan kawasan yang dinamis dalam percaturan politik, ekonomi, budaya dan pertahanan.
Indonesai juga memiliki sumberdaya manusia yang besar. Jumlah penduduk Indonesia, berdasarkan sensus penduduk 2010, mencapai 235 juta jiwa (BPS: 2010). Jumlah penduduk Indonesai tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah, Cina, India dan Amerika Serikat.
KONDISI OBJEKTIF INDONESIA
Namun demikian, kekayaan sumberdaya alam di Indonesia ternyata tidak membuat rakyat Indonesia hidup makmur dan sejahtera. Kemiskinan di Indonesia mencapai 14-15 % atau sekitar 34 juta jiwa. Disamping itu, Pengangguran di Indonesia kini mencapai 8,59 juta orang atau 7,41 persen dari total angkatan kerja di Nusantara sebanyak 116 juta orang (BPS: 2010). Bahkan lebih na'as lagi data yang dilansir oleh Bank Dunia, orang miskin di Indonesia mencapai 120 juta jiwa (Na'udzubillah)
Dengan tingkat kesuburan tanah yang luar biasa ditambah dengan kekayaan alam yang terkandung di dalam tanah Indonesia, tidak selayaknya para petani kita selalu bernasib buruk dan tidak dapat bangkit dari kemiskinan. Demikian juga dengan para nelayan Indonesia hidup dalam keterbatasan ekonomi yang memilukan, meski hidup di daerah bahari Indonesia yang luas dan memiliki kekayaan berbagai varietas ikan yang terkandung di dalam lautan Indonesia.
Kualitas Sumberdaya Manusia Indonesia juga bisa dibilang sangat payah. Dari total 235 penduduk Indonesia, hanya ada 23 ribu yang sudah mendapat gelar S-3 atau tidak sampai 1 persen, dan 2.200 orang diantaranya bergelar Profesor. Padahal Filipina yang jumlah populasi penduduknya sekitar 18 juta jiwa, warga Filipina yang bergelar PhD mencapai Rp14.000 orang. Belum lagi Singapore, dan Malaysia.
SUMBER KEKAYAAN INDONESIA DIKUASAI OLEH BANGSA ASING
Sejak orde lama tumbang di era tahun 70 - an bersamaan dengan munculnya rezim orde baru, Perusahan asing baik dari Amerika dan Eropa dengan sangat leluasa mencaplok dan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Sumberdaya alam yang dinikmati oleh perusahaan-perusahaan asing, menurut data yang dimuat dalam majalah Forbes, menjadi perusahaan-perusahaan yang masuk 10 besar terkaya di dunia antara lain:
1. Exxon Mobil, pendapatan $390.3 billion/tahun, gaji CEO, Rex W. Tillerson, $4.12M/tahun
3. Shell, pendapatan $355.8 billion/tahun, gaji CEO, Jeroen van der Veer, €7,509,244
4. British Petroleum, pendapatan $292 billion/tahun, gaji CEO, Tony Hayward, $4.73M
6. Total S.A., pendapatan $217.6
7. Chevron Corp., pendapatan 214.1 billion/tahun, gaji CEO, David J. O'Reilly,   $7.82M
10. ConocoPhillips, pendapatan $187.4 billion/tahun, gaji CEO, James Mulva, $6.88M
Total dari perusahaan itu saja (10 perusahaan teratas versi Forbes 500) yang juga beroperasi di Indonesia mengelola kekayaan alam kita, itu US$ 1.655 milyar atau sekitar 17 ribu trilyun/tahun. Di antaranya berasal dari kekayaan alam Indonesia. Jumlah itu 17 kali lipat dari APBN Indonesia tahun 2010 yang hanya mencapai Rp Rp 1.047,7 triliun. Dari data di atas, cukup aneh jika Indonesia yang katanya untuk Migas dapat 85% (kalau Pertambangan lain Indonesia memang cuma dapat 15%) dan asing cuma 15% ternyata dapat tidak lebih dari Rp 350 trilyun/tahun dari Migas sementara 6 perusahaan migas tersebut yang "cuma" dapat 15% bisa mendapat Rp 17.000 Trilyun! Atau 5.600% lebih! Itu belum dari berbagai perusahaan lain seperti Freeport, Newmont, BHP, dsb yang menguasai emas, perak, tembaga, nikel, dsb di Indonesia. Bisa jadi total penerimaan mereka sekitar Rp 30 Ribu Trilyun/tahun (http://juhernaidy.blogspot.com/2010/02/selama-kekayaan-alam-dirampas-asing.html).
AGENDA STRATEGIS PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA
  1. 1. Presiden akan menasionalisasi seluruh sumberdaya alam Indonesia yang dikuasai oleh perusahaan asing, karena telah melakukan penipuan besar-besaran terhadap bangsa Indonesia.
  2. Presiden akan menginstruksikan kepada para Doktor dan Profesor serta para Profesional Indonesia yang bekerja di luar negeri/atau di perusahaan-perusahaan asing untuk bekerja di BUMN nasioanal dan akan memberikan gaji sebesar gaji yang mereka terima saat bekerja di luar negeri/ perusahaan-perusahaan asing sebelumnya.
  3. Presiden akan melakukan revolusi sistemik terhadap perusahaan-perusahaan Negara dan BUMN, sebagaimana telah dilakukan juga pada sistem aparatur birokrasi dan pemerintahan.
  4. Presiden akan bekerjasama dengan negara lain yang bersedia untuk menjadi tenaga Ahli dalam mengeksplorasi kekayaan dan sumberdaya alam Indonesia, apabila SDM Indonesia belum sanggup melakukan pengelolaan secara mandiri, namun pengelolaannya tetap berada di bawah BUMN.
  5. Presiden akan memanfaatkan hutan untuk lahan pertanian strategis secara massal guna memperkuat ketahan pangan nasional serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakay Indonesia.
  6. Presiden akan secara tegas tanpa pandang bulu, menindak dan menghukum para pelaku illegal logging dan illegal fishing yang beroperasai di wilayah kedaulatan NKRI, baik yang dilakukan oleh WNI lebih-lebih yang dilakukan oleh WNA.
  7. Presiden akan menyekolahkan 1000 anak-anak terbaik bangsa Indonesia ke luar negeri untuk belajar ilmu nuklir, telekomunikasi, perkapalan, antariksa, pertambangan, pertanian, kehutanan, kelautan dll, sebagai usaha untuk alih tekhnologi modern ke Indonesia.
Dalam jangka 10 hingga 20 tahun ke depan, Indonesia diharapkan akan menjadi negara Importir terbesar dan terkaya di Dunia dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi serta pendidikan yang berkualitas.
Apabila dalam jangka waktu DUA TAHUN Presiden tidak mampu merealisasikan agenda-agenda tersebut di atas, maka presiden akan mengundurkan diri.. Terima Kasih.
source: http://politikana.com/baca/2010/11/30/if-i-were-indonesian-president-part-2-pengelolaan-sumber-daya-dan-kekayaan-alam.html

Baca Selengkapnya ....
Original design by Bamz | Copyright of Blog Pintar.