Dosenku Malang, Aku Teramat Malang (part II)
Jumat, 23 September 2011
0
komentar
Hari berikutnya setelah seharian diwarnet, browsing, facebooking, blogging, reading dan ing-ing yang laian, sudah waktunya aku cabut dan pulang kemudian mandi. Sesampainya dikampus banyak orang ynag berdebat, adu argument, ada yang bilang tak ingin mengerjakan tugas lah, males lah, terlalu sulitlah, aku pun mendkat, dugaanku benar mereka lagi membahas tugas yang kemren. Tak ada reaksi dariku, aku piker ini tugas dan harus aku kerjakan sebisa mungkin pikirku, bukan karena aku sok tau, sok rajin kawand, karena aku masuk sini dengan perjuangan yang tak mudah, aku masuk dikampus ini harus melalui belantara Sumatra dulu. Aku harus naik bis selama 2 hari untuk meyakinkannya, kenapa cumin tugas yang begitu aku nyerah, ini gak adil namanya. Beliau sang dosen saya bilang bagus, karena berfikir ke arah depan, beliau mengajak mahasiswa-mahasiswanya untuk menjadi the real mhasiswa.
Beliau
berusaha mencari metode-metode yang memacu mahsiwanya untuk terbiasa dengan
coding, membuat program, memperlajari databse, php, tapi nampaknya
metode-metode ini tidak bisa dipahami oleh mahasiswa, kalau aku bilang beliu
lebih baik dari pada dosen yang hanya mencari aman, dosen yang menganggap
mahasiswanya seperti anak TK ( walaupun kadang lebih parah),sang dosen
menurutku bisa mengembangkan mutu pendidikan dikampus, beliau mempunyai
semangat yang tinggi kalau aku liat, beliau mempunyai ilmu yang harusnya bisa
aku petik,tapi kebaikan beliau, niat baik beliau, tujuan mulianya tak begitu
dihiraukan oleh mahasiswa itu sendiri, darah muda darahnya para remaja kawand.
Dengan kesombongan, dengan keangkuhannya, ku centangi A pada quisioner pada
saat itu, maka kepuasan sekaligus rasa bersalah bersemanyam.
Efeknya
tak hanya itu saja kawand, dosen yang seharusnya menjadi starter kini tak ada
lagi, dan yang tersisa hanya dosen-dosen yang mencari aman dengan mengikuti
protokuler klasik tanpa ada perubahan maupun inovasi pendidikan. Dan bukan
hanya itu nitip mengutip lagunya marshanda” penyesalanku semakin dalam dan
sedih”. Terlalu melebihkan omonganku teman, namanya juga emosi.
Emosi yang
tersulut, kini mulai redup, hingga tak bisa lagi membakar otakku untuk selalu
berpikiran negative kepada orang lain. Ketika ku melihat orang yang tak
sependapat denganku saat itu aku judge bahwa dia adalah musuhku, padahal
sebenernya ini adalah kesalahan yang terbesar dalam pergaulan. Karena orang
yang besar (bukan besar perutnya loh ya,,,,, ), orang yang besar adalah orang
yang bisa bergaul baik dengan orang yang tidak satu jalur pikiran denganya,
orang yang bertolak belakang dengan
pandanganya. Karena hakikatnya orang seperti itu adalah orang yang pandai
bergaul dan pandai berteman. Tahukah temanku, komunikasi adalah investasi
terbesar, berteman adalah modal terbesar untuk kesuksesan. Karena link-link
masa depan tersambung dengan baik, mungkin kita tak akan mendapatkan manfaat
berteman dengan orang yang beseberangan dengan kita, tapi nanti, esok, minggu
depan, bulan depan, tahun depan, insyaalah akan membawa manfaat bagi kita,
ketika kita berjalan dan disitu terdapat kayu yang menghalang, sapa tau orang
yang kita kenal dulu tiba dating dan membantu kita. Sekali lagi kawan, hidup
ini akan indah dengan positif thingking.
Kembali
ke beliau bapak dosen yang malang. Apabila diliat bukan hanya terjadi 1 kali
ini, dosen yang berusaha merubah pembelajaran klasik di gulingkan, bukan sekali
ini saja dosen yang mempunyai misi yang jelas untuk mengembangkan potensi
mahasiswa harus tersingkir karena prosedur-prosedur yang bertele-tele. Aku
benci pada diriku sendiri saat itu teman, kenapa ini harus terjadi, masalah
seakan tak pernah ada habisnya, seakan problematika tak jengah-jengahnya
hinggap di taman harapanku. Kembali dan kembali untuk yang kesekian kalinya aku
mem-zoom out kamera kehidupanku, aku cari apa yang sebenernya harus dibenahi
dalam diriku ini, aku zoom out sekecil-kecilnya dan yang terlihat adalah…..
‘ aku
hanya sebatas mempunyai rancangan, aku hanya sebatas bermimpi, ketika ku bangun
dari tidur yang ku lakukan bukanlah menggapai mimpi tetapi melanjutkan mimpi
indahku, Ya Robb, aku merasa bahwa diriku merasa tidak beruntung, tapi ini
adalah kesalahan, bersyukur yang seharusnya aku lakukan kawand. Kenapa aku bisa
seperti ini semua adalah buah hasil dari ridhlo Allah, Thanks to Allah for
answering my pray….
Dalam do’aku
selalu kumemohon, Ya Allah, Engkau lah yang menimbulkan air dari tanah, maka
timbulkanlah setitik ilmu dari kerasnya otaku ya Allah, Ijinkan hambamu ini
untuk selalu berada pada Rel Firman-firmanMu, Ijinkan HambaMu ini untuk selalu
stay turn dalam frekuensi Rahmatmu, Apabila Mimpiku terlalu besar untuk menjadi
kenyataan, apabila harapanku hanya sebatas angan ya Allah, ijinkan aku
menikmati nikmatmu yang lain yang bisa member kepuasan batin bagi kedua orang
tuaku ya Alllah, Beliau-beliau adalah pertamax dalam perjalananku ini, mereka
adalah isnpirasi terkuat dalam diriku ya Allah, Ijinkan aku memperoleh rizkiMu
untuk membawa mereka ke Mekkah dan Medinah ya Allah, Tidak ada yang tidak
mungkin bagimu, AMiien
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Dosenku Malang, Aku Teramat Malang (part II)
Ditulis oleh Sepercik Tinta
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://seperciktinta.blogspot.com/2011/09/dosenku-malang-aku-teramat-malang-part_23.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Sepercik Tinta
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar