[fraktur] Penyembuhan fraktur tulang dengan stabilisasi yang rigid

Posted by Sepercik Tinta Rabu, 06 Februari 2013 0 komentar
Apabila pada fraktur tulang dilakukan stabilisasi yang rigid dan kontak di antara ujung-ujung fragmen fraktur meliputi seluruh permukaan fraktur, maka kallus tidak akan terbentuk. Berbeda dengan penyembuhan yang melalui pembentukan kallus terlebih dahulu maka penyembuhan jenis ini dikenal sebagai penyembuhan fraktur primer. Sedangkan penyembuhan yang melalui pembentukan kallus dikenal sebagai penyembuhan fraktur tulang sekunder 2,7'9

Schenk dan Willnegger menggambarkan dua tahap penyembuhan fraktur primer, yaitu "gap healing" (penyembuhan jarak antar fragmen) dan " haversian remodelling" (pembentukan sistem Haversi). Syarat bagi terbentuknya proses penyembuhan ini adalah reduksi yang benar, fiksasi yang stabil, dan suplai pembuluh darah yang adekuat. Sampai pada keadaan tertentu tahapan-tahapan ini menunjukkan fase penyembuhan dan "remodelling" fraktur yang tidak distabilisasi dengan rigid Mereka mendapatkan pada "compression plating" yang menunjukkan tidak semua ujung tulang kortikal saling berhubungan, sehingga meninggalkan jarak dalam berbagai ukuran dan oleh karena itu mekanisme, struktur, dan kecepatan pembentukan tulang bergantung kepada besarnya jarak tersebut. Apabila terdapat kontak hubungan langsung di antaranya, maka "lamellar bone" akan langsung terbentuk sepanjang garis fraktur, sejajar dengan aksis panjang tulang dengan cara menghasilkan osteon. Di sini osteoclast akan memotong garis fraktur, sedangkan osteoblast sesudahnya akan mendeposisi tulang yang baru serta pembuluh darah akan menyertai osteoblast tersebut. Matriks tulang yang baru terbentuk tersebut menyelimuti osteocyte dan pembuluh darah sehingga membentuk sistem Haversi atau disebut "primary osteon" (osteon primer). Keseluruhan proses ini disebut "contact healing" dan dimulai pada minggu ke empat sesudah fraktur.2-7
Pada jarak yang kecil yaitu antara 150 s.d. 200 u.m atau kira-kira sebesar diameter luar osteon, sel-sel akan membentuk "lamellar bone" secara tegak lurus pada sumbu tulang. Proses ini akan berlangsung pada minggu ke empat. Pada jarak yang lebih besar, yaitu antara 200 um s.d. 1 mm, sel-sel akan mengisi defek tersebut dengan "woven bone". Sesudah terjadi "gap healing" tersebut pembentukan sistem Haversi akan dimulai, dan akan membentuk anatomi korteks yang normal. Bagian kerucut pemotong ("cutting cones") yang terdiri dari osteoclast beserta pembuluh darahnya akan memotong bagian tersebut, sedangkan osteoblast akan menembus "jarak fraktur yang terbentuk dan kemudian beserta dengan pembuluh darahnya mendeposisi "lamellar bone" dan membentuk anatomi tulang kortikal yang normal "Haversian remodelling" ini akan mengikuti jalur

pembuluh darah yang nekrotik dan juga memotong bagian yang telah mengalami neovaskularisasi. Apabila segmen tulang kortikal yang nekrotik cukup besar, "gap healing" dengan cara pembentukan osteon akan berlangsung, namun dalam kecepatan yang lebih lambat dan area tulang kortikal yang nekrotik tidak akan mengalami remodelling dalam jangka waktu yang lama. '
Perren dan kawan-kawan menemukan bahwa kompressi pada fraktur akan mengeliminasi proses resorpsi ujung-ujung tulang kortikal seperti yang terlihat pada penyembuhan yang normal. Proses resorpsi ini berhubungan dengan "micro motion" (gerakan mikro) dan regangan pada daerah fraktur. Dengan demikian mereka berhasil mendemonstrasikan pentingnya stabilitas untuk pembentukan primer tulang. Apabila stabilitas tidak dipertahankan, maka gerakan mikro tersebut akan menstimulasi resorpsi oleh osteoclast dan menghambat "contact healing" dan "gap healing". "Compression plating" yang berhasil dan disertai dengan friksi dan "preloading" akan menghilangkan gerakan mikro dan regangan. Meskipun demikian gerakan antar fragmen yang sedikit dapat menguntungkan karena akan mempercepat dan memperkuat "union". Terdapat dua teori remodelling pada penggunaan "plate" dan "screw", yaitu teori gangguan pada vaskularisasi dan perlindungan terhadap stres. Adanya proses revaskularisasi pada pembentukan osteon sekunder dan stres yang disebabkan oleh "plating" dan "screw" menyebabkan porositas pada tulang kortikal dan dinding korteks yang tipis, sehingga memudahkan terjadinya refraktur setelah "implant" dicabut. Oleh karena itu jarak pemasangan plating dan screw harus seoptimal mungkin sehingga tidak merusak pembuluh darah medulla tulang.2,7
Pada penggunaan jenis fiksasi lain yaitu "intramedullary nailing" ataupun fiksasi eksterna, proses yang terjadi juga dapat secara pembentukan osteon primer maupun sekunder setelah melalui pembentukan kallus. Pada "intramedullary nailing" pertumbuhan periosteal kallus yang menonjol berbeda dengan "plating " yang endosteal kallusnya yang lebih utama. Demikian pula pada pemakaian fiksasi eksterna. Fiksasi eksterna biasanya kurang rigid dibandingkan dengan plating, sehingga pembentukan kallus

dapat terjadi melalui periosteal kallus. Rigiditas komposit yang digunakan untuk memfiksasi sangat menentukan proses union pada penyembuhan fraktur "Pin loosening" dapat terjadi apabila fiksasi kurang rigid dan pergerakan pada jarak fragmen-fragmen fraktur 2,7


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: [fraktur] Penyembuhan fraktur tulang dengan stabilisasi yang rigid
Ditulis oleh Sepercik Tinta
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://seperciktinta.blogspot.com/2013/02/fraktur-penyembuhan-fraktur-tulang.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Original design by Bamz | Copyright of Blog Pintar.